Panduan Lengkap Fermentasi Sekam Padi untuk Alas Kandang Anti Bau dan Sehat

Panduan Lengkap Fermentasi Sekam Padi untuk Alas Kandang Anti Bau dan Sehat

Manajemen alas kandang merupakan salah satu kunci sukses dalam beternak, terutama ayam.
Alas kandang yang kotor, lembab, dan berbau tidak hanya mengganggu kenyamanan,
sapi juga menjadi sarang bagi bakteri patogen yang bisa memicu berbagai penyakit.
Salah satu solusi modern dan efektif adalah menggunakan sekam padi yang telah difermentasi.

Teknik fermentasi sekam mengubah limbah pertanian ini menjadi alas kandang super.
Proses ini memanfaatkan mikroorganisme baik untuk menekan bakteri jahat dan bau amonia.
Hasilnya adalah lingkungan kandang yang lebih sehat, kering, dan hemat biaya perawatan.
Mari kita bahas tuntas cara membuat dan mengaplikasikannya untuk ternak Anda.

Mengapa Fermentasi Sekam Padi Penting untuk Alas Kandang?

Mengapa Fermentasi Sekam Padi Penting untuk Alas Kandang?

Beralih dari sekam mentah ke sekam fermentasi bukanlah sekadar tren, melainkan sebuah investasi.
Investasi untuk kesehatan ternak, efisiensi kerja, dan keberlanjutan peternakan.
Manfaat yang didapat jauh melebihi usaha yang dikeluarkan untuk proses pembuatannya.
Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa metode ini sangat dianjurkan.

Pertama, untuk menekan bau amonia yang menyengat di dalam kandang.
Gas amonia yang timbul dari dekomposisi kotoran ternak sangat berbahaya.
Bakteri baik dalam sekam fermentasi akan mengurai kotoran secara efektif,
sehingga pembentukan gas amonia dapat diminimalisir secara signifikan.

Kedua, sebagai langkah pencegahan penyakit yang efektif.
Alas kandang yang lembab adalah tempat ideal bagi jamur dan bakteri patogen.
Fermentasi menciptakan lingkungan asam yang tidak disukai oleh bakteri seperti E. coli.
Kondisi litter yang lebih kering juga membantu mencegah masalah kaki pada ayam (bumblefoot).

Ketiga, ini adalah soal efisiensi biaya dan tenaga kerja.
Alas kandang fermentasi memiliki daya serap yang lebih baik dan tidak cepat jenuh.
Hal ini membuatnya bisa bertahan lebih lama, bahkan hingga satu periode pemeliharaan ayam.
Anda akan menghemat biaya pembelian sekam dan waktu untuk membersihkan kandang.

Terakhir, limbahnya menjadi kompos berkualitas tinggi.
Setelah tidak lagi digunakan sebagai alas kandang, sekam fermentasi yang bercampur kotoran
telah menjadi bahan kompos yang kaya akan unsur hara dan siap pakai.
Ini menciptakan sistem peternakan tanpa limbah (zero waste) yang ramah lingkungan.


Bahan dan Alat yang Diperlukan

Bahan dan Alat yang Diperlukan

Untuk memulai proses fermentasi, Anda tidak memerlukan peralatan yang rumit.
Sebagian besar bahan dan alat sudah tersedia di sekitar lingkungan peternakan.
Kunci utamanya adalah starter mikroorganisme yang berkualitas dan media sekam yang kering.
Berikut adalah daftar lengkap yang perlu Anda siapkan.

**Bahan Utama:**

  • Sekam Padi: Siapkan sekam padi kering sebagai media utama. Pastikan sekam bebas dari benda asing dan tidak dalam kondisi basah atau berjamur. Jumlahnya disesuaikan dengan luas kandang Anda.
  • Starter Probiotik: Produk seperti EM4 (Effective Microorganisms 4) adalah pilihan paling populer dan mudah ditemukan. EM4 berisi kultur campuran dari berbagai mikroorganisme menguntungkan.
  • Sumber Makanan Mikroba: Molase (tetes tebu) atau gula merah yang dicairkan. Ini berfungsi sebagai sumber energi untuk mengaktifkan mikroorganisme di dalam starter.
  • Air Bersih: Gunakan air yang tidak mengandung klorin atau kaporit, seperti air sumur atau air hujan. Klorin dapat membunuh mikroorganisme baik yang akan kita kembangbiakkan.

**Peralatan:**

  • Wadah Pencampur: Terpal yang lebar atau bak semen bisa digunakan sebagai alas untuk mencampur semua bahan agar lebih mudah dan merata.
  • Wadah Fermentasi: Karung goni, kantong plastik tebal, atau drum plastik kedap udara. Wadah ini berfungsi untuk menciptakan kondisi anaerob (tanpa oksigen) selama proses fermentasi.
  • Ember dan Gayung: Digunakan untuk melarutkan EM4 dan molase dengan air sebelum disiramkan ke sekam.
  • Alat Pengaduk: Sekop atau cangkul kecil untuk memastikan semua bagian sekam tercampur rata dengan larutan probiotik.


Langkah-Langkah Fermentasi Sekam Padi (Metode EM4)

Langkah-Langkah Fermentasi Sekam Padi (Metode EM4)

Proses fermentasi ini pada dasarnya adalah mengembangbiakkan bakteri baik pada media sekam.
Ikuti langkah-langkah berikut secara berurutan untuk hasil yang optimal.
Sebagai acuan, takaran ini bisa digunakan untuk sekitar 50 kg sekam padi.
Anda bisa menyesuaikan proporsinya sesuai jumlah sekam yang akan diolah.

**Langkah 1: Aktivasi Larutan Probiotik**
Siapkan ember, masukkan sekitar 10 liter air bersih (non-klorin).
Tambahkan 250 ml EM4 dan 250 ml molase atau 1/4 kg gula merah yang sudah dicairkan.
Aduk hingga larutan benar-benar merata, lalu diamkan selama 15-30 menit.
Tujuannya agar mikroorganisme dalam EM4 aktif dan siap bekerja.

**Langkah 2: Proses Pencampuran**
Hamparkan sekam padi kering di atas terpal hingga merata.
Siramkan larutan probiotik yang sudah diaktifkan secara perlahan dan merata ke atas sekam.
Gunakan sekop atau cangkul untuk mengaduk sekam hingga semua bagian terkena larutan.
Pastikan proses pengadukan dilakukan dengan saksama agar tidak ada bagian yang kering.

**Langkah 3: Uji Kadar Air**
Kadar air yang ideal adalah sekitar 30-40% (kondisi ‘mawut’ atau lembab).
Cara mengetesnya mudah: ambil segenggam sekam yang sudah dicampur, lalu kepal dengan kuat.
Jika air tidak menetes dan gumpalan sekam pecah saat telapak tangan dibuka, itu tandanya pas.
Jika air masih menetes, tambahkan sekam kering. Jika terlalu kering, tambahkan sedikit air.

**Langkah 4: Inkubasi Anaerob**
Setelah adonan merata dan kadar airnya pas, masukkan sekam ke dalam karung atau drum.
Padatkan adonan untuk mengurangi rongga udara di dalamnya.
Ikat karung atau tutup drum dengan rapat untuk memastikan tidak ada udara yang masuk.
Simpan di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung selama 7-14 hari.

**Langkah 5: Pengecekan Hasil Fermentasi**
Setelah satu minggu, buka wadah dan periksa hasilnya. Fermentasi yang berhasil ditandai
dengan aroma wangi-asam seperti tape, warna sekam menjadi sedikit kecoklatan,
dan terasa hangat saat disentuh. Jika berbau busuk atau muncul jamur hitam/hijau,
artinya fermentasi gagal dan tidak boleh digunakan.


Cara Aplikasi dan Perawatan Alas Kandang Fermentasi

Setelah proses fermentasi berhasil, sekam siap digunakan untuk meningkatkan kualitas kandang.
Penggunaan dan perawatannya pun cukup sederhana namun perlu konsistensi.
Dengan manajemen yang tepat, satu kali penebaran alas kandang fermentasi
bisa bertahan untuk satu siklus pemeliharaan ternak, khususnya ayam broiler.

**Aplikasi Awal di Kandang**
Pastikan lantai kandang dalam keadaan bersih dan kering sebelum aplikasi.
Tebarkan sekam fermentasi secara merata di seluruh permukaan lantai kandang.
Ketebalan ideal untuk alas kandang adalah sekitar 5 hingga 10 cm.
Ketebalan ini cukup untuk menyerap kotoran dan menjaga kehangatan lantai.

**Perawatan Rutin**
Kunci dari alas kandang yang awet adalah menjaganya tetap kering dan gembur.
Lakukan pembalikan atau pengadukan alas kandang menggunakan garu setiap 2-3 hari sekali.
Tindakan ini bertujuan untuk mengaerasi litter dan mengeringkan kotoran yang menumpuk.
Jika ada area yang basah karena tumpahan air minum, segera angkat dan ganti dengan yang baru.

**Masa Pakai dan Penggantian**
Sistem alas kandang ini dikenal juga dengan metode ‘deep litter’.
Jika dirawat dengan baik, Anda tidak perlu mengganti total alas kandang selama periode ternak.
Anda hanya perlu menambahkan lapisan baru sekam fermentasi di atasnya jika sudah mulai menipis.
Ini sangat menghemat waktu, biaya, dan tenaga dibandingkan sistem konvensional.

Teknik fermentasi sekam padi adalah sebuah inovasi cerdas dalam dunia peternakan modern.
Dengan modal yang relatif kecil, peternak dapat menciptakan lingkungan kandang yang superior.
Kandang menjadi lebih sehat, bebas bau, dan produktivitas ternak pun dapat meningkat.
Ini adalah langkah nyata menuju praktik peternakan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *